Senin, 20 September 2010

I Love Him

Di depanku ada seorang cowok tampan.


Sepuluh meter. Lima meter. Satu meter. Akhirnya dia berada persis di depanku. Tak terhindarkan. Aku pun menabraknya dengan badan mobil sedanku.


Tubuhnya terhempas ke aspal. Nggak sampai kelempar sih, tapi cukup lumayan buat bikin lecet dan biru. Aku panik. Aku keluar dari mobil. Orang-orang di sekitar situ segera berkerumun untuk melihat apa yang terjadi. Cowok itu tergeletak. Tidak bergerak. Tidak ada darah menggenang kayak di sinetron-sinetron pas adegan tabrakan. Hanya wajahnya yang kelihatan sedikit lecet. Ah di tangan dan sikunya juga ada luka sedikit deh.


Aku segera memerintahkan orang-orang yang sedang berkerumun untuk mengangkat cowok itu ke mobil (gue yang nabrak, gue yang perintah-perintah :D). Lalu kubawa ke rumah sakit.


Cowok itu akhirnya sadar. Kata dokter, dia tidak mengalami luka serius. Hanya lecet-lecet dan sedikit memar di beberapa bagian tubuhnya. Aku masuk menemui cowok itu. Berniat minta maaf.


“Lu udah ninggalin bekas luka di muka gue, lu mesti tanggung jawab,”kata cowok itu dingin waktu aku hendak meminta maaf. JEGEERR!!! NENGNONG NENGNONG! Tanggung jawab apaan nih?? Apa dia minta aku menikahi dia karena sudah menorehkan bekas luka di wajahnya??! Jadi film jepang donk!??


Sebenarnya bukan masalah besar untuk bertanggung jawab seperti itu. Asaaall, yang luka bukan cowokk! Tapi ceweekkk! Lah wong aku ini cowokk mass! Cowooook! Masa cowok ngawinin cowookk!! Gyaaaaaa!!! ( <<< lah ini teriakannya nggak cowok banget)


“Tanggung jawab apa ya?”tanyaku pelan-pelan. “Ya lu mesti biayain pengobatan gue lah! Mank apa lagi??”tukas cowok itu kasar. Amin amin. Gue bayarin dah kalo itu doank mah! Asal jangan lu suruh gue ngawinin lu ajah! Aku mengelus dada. Lega.


Nggak jadi lega. Ternyata cowok ini tidak punya rumah. Kartu identitas pun tidak ada. Dia sih ngakunya pengembara. Tapi nggak mungkin ada pengembara yang tampangnya seganteng, serapi, sebersih dan se-se yang lain kayak dia. Lagian pengembara kok peduli amat sama tampangnya!


Akhirnya karena merasa harus bertanggung jawab. Ku bawa dia pulang ke apartemenku dan jadilah kami tinggal seatap. Rasanya aneh ada orang asing di dalam apartemenku, cowok pula. Ganteng juga. Pasti para tetangga akan mulai bergosip. IIIhh, dia ternyata homo ya?? Atau, udah gue kira dari dulu-dulu kalo dia itu nggak lurus! Yah, kira-kira gosip semacam itulah.


Tapi hidup di Jakarta memang harus bermental baja. Kalau tidak kita tidak akan bertahan dan akan lenyap oleh seleksi alam! Begitulah menurut Charles Darwin.


Selama tinggal serumah dengan cowok yang minta dipanggil Jack itu (mungkin dulu itu dia tukang o-jack), aku baru menyadari kalau sepertinya dia cowok yang berbahaya. Setiap kali nonton dvd, film-film yang dipasang seputar darah, pembantaian, tubuh yang tercerai berai atau kanibalisme! Dia kelihatan sangat menikmati setiap adegan mengerikan di dalam film. Aku saja yang beli tuh dvd, nggak berani nonton kalau sendiri (beraninya rame-rame :D). Pernah sekali aku penasaran dan mengintip film yang ditontonnya. Waktu menonton film itu, dia tertawa keras sekali.


TERNYATAA!!!! SAW III ! Dan dia sampai terguling-guling di lantai karena tertawa! OMAIGADD!!!! Belakangan ini pun, aku sering mendapati dia diam-diam keluar apartemen setiap malam. Dia selalu membawa kantung hitam setiap kali menyelinap keluar. Aku coba untuk membuntutinya suatu malam. Ia pergi ke tempat pembuangan sampah dan membuang kantung hitam itu di sana. Saat itu, samar-samar aku melihat, celana yang dikenakannya berlumuran darah! Oh Tuhan! Apa yang telah dilakukannya!??? Apakah ada potongan-potongan tubuh di dalam kantung hitam itu??! TIDAAKK! Tuhan, lindungi saya dari cowok ini!!!


Aku harus segera mengeluarkannya dari apartemenku! Segera ku cari dokter bedah plastik terbaik yang bisa memulihkan wajahnya dari bekas luka! Keluar sepuluh dua puluh juta tidak akan terasa dibandingkan nyawaku harus terancam! (mana ada bedah plastik sepuluh juta!) Aku pulang lebih cepat untuk membawanya ke dokter bedah plastik. Tapi Jack tidak ada dirumah.


Tiba-tiba terdengar suara bel pintu. Kubuka pintu apartemenku dan kutemukan ada dua orang berseragam polisi bertampang seram. Aahhh! Pak polisi!! Aku selamat! Mereka pasti sedang memburu Jack, si pembunuh tampan berdarah dingin. “Selamat siang, Pak!”seru pak polisi nomor 1 (sial gue dipanggil bapak! Nggak terima!). “Apa ada gadis berumur dua puluhan pernah datang kemari?”tanya pak polisi nomor 2. Aku diam. Kalau cewek umur dua puluhan datang kemari sih, banyak! Aku juga nggak ingat sudah berapa cewek yang aku bawa ke apartemen ini (ketauan buaya dah!)


Kalau boleh tahu, gadis yang kayak gimana ya, Pak?”kataku memastikan (mampus loo gue panggil Pak juga!!). Pak polisi nomor 1 mengacungkan sebuah foto ke depan wajahku. Wedeh! Cewek cakep! Cakep banget! Kalau ni cewek ke sini mah, nggak bakal gue nggak inget! Nggak gue kasih pulang, iya! Tapi, sepertinya wajahnya familiar. Kuteliti foto itu lebih lama.


AH! Itu si Jack! Cuma rambutnya panjang!


“Kami dapat laporan, katanya ada yang melihat gadis ini berkeliaran di sekitar sini. Dia kabur dari rumah satu minggu yang lalu. Kalau melihat gadis ini, tolong laporkan kepada kami. Terima kasih,Pak!”kata Pak polisi nomor 1 sambil pamit pergi.


Aku bengong sebentar di depan pintu. Tiba-tiba ada suara dari dalam apartemen. Si Jack keluar dari kamar mandi hanya dibalut handuk se-dada. Kami beradu pandang... Sedetik kemudian dia menjerit sekeras-kerasnya. Ya ampun, jeritannya memekikkan gendang telinga! Dia benar-benar cewek! Jack langsung melesat cepat ke kamarnya. Yah tontonan gratis sudah selesai. Lalu aku bengong lagi. Masih mencoba menelaah kejadian ini.


Ah, kebelet pipis. Menelaahnya sambil pipis ajah deh.


Di kamar mandi, ada sebuah kantung hitam. Itu yang dibuang Jack setiap malam. Aku yang tiba-tiba mendapat pencerahan, sudah tidak penasaran lagi dengan isi kantung itu. Soalnya di atas toilet ada satu pak pembalut wanita yang sepertinya lupa di bawa Jack sehabis mandi. Wah ternyata pulang cepat membawa keberuntungan :D


Selesai dari kamar mandi, Jack sudah menunggu di ruang tamu. Rambutnya tiba-tiba jadi panjang. Cantik sekali! “Tadi ada polisi yang nyariin kamu,”kataku. Matanya yang besar membelalak. “Gue emang kabur dari rumah dan gue nggak mau pulang sekarang! Lu nggak bisa ngusir gue dari sini karena lu masih harus bertanggung jawab atas luka-luka gue!”serunya panik. Aku tersenyum kecil. Kalau sekarang sih, tanggung jawab bukan masalah besar. Di suruh kawinin kamu pun aku mau :D






~END~

2 komentar: